Jumat, 28 Desember 2012

ujian kobal



Ujian semester
Kimia Bahan Alam
Dosen: Drs. Syamsurizal, M.Si
Waktu: 22-29 desember 2012
PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda diposting di bolg masing-masing.
1.       Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
Jawab:

 

 





















                        Secara umum biosintesanya  terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
                        1.      Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
        2.      Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan poli-          terpenoid.
                        3.      Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak yaitu: jenis metode isolasi yang digunakan harus sesuai dengan bahan simplisia yang akan diisolasi.



2.       Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
Jawab:
Di dalam penentuan struktur dari flafonoid suatu simplia digunakanlah spectrum IR dan NMR.. Spektrum IR  dengan ke khasan signal tertentu menunjukkan dengan pangjang gelombang tertentu bahwa senyawa itu  memiliki gugus fungsi katakan sajalah gugus fungsi tertentu itu adalah senyawa flavonoid golongan tertentu pula, katakanlah demikian. Sedangkan spectrum NMRnya itu dengan signal tertentu itu untuk mengetahui dengan panjang gelombang yang demikian atau tertentulah katakan demikian itu memiliki struktur atau bisa dikatakan spectrum ini untuk menunjukkan struktur senyawanya dari gugus fungsi senyawa yang ditunjukkan pada IR. Sesungguhnya, dapat dikatakan bahaw Senyawa kimia yang telah murni ditentukan struktur molekulnya dengancara spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri Infra Merah, Spektrometri Massa, Spektrometri Resonansi Magnet inti 1H dan 13 C.
Senyawa-senyawa yang dapat dianalisa dengan spektrofotometer UV-VIS adalah senyawa-senyawa yang mempunyai gugus kromofor. Spektrofotometer UV-VIS digunakan untuk mengukur transisi-transisi dintara tingkatan-tingkatan elektronik. Transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan (orbital pasangan bebas) dengan orbital non ikatan (orbital anti ikatan). Keuntungan selektif dari spektrofotometer UV-VIS adalah dapat menentukan gugus karakteristik dalam molekul-molekul yang sangat komplek. Parameter yang diperoleh dari spektrofotometer UV-VIS adalah harga panjang gelombang maksimum (λmak) dan absorban (A) dari senyawa yang dianalisa.
Spektrofotometer inframerah berfungsi mengukur perubahan vibrasi ikatan antara atom-atom yang ada dalam senyawa organik. Parameter yang ditentukan adalah bilangan gelombang (cm-1) dari puncak-puncak yang muncul pada spektrum inframerah. Spektrosfotokopi resonansi magnet inti didasarkan pada pengukuran absorbsi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi radio 4 – 600 MHz atau panjang gelombang 75 – 0,5 m, oleh partikel (inti atom) yang berputar di dalam medan magnet. NMR bekerja secara spesifik sesuai dengan inti atom yang dipakai. 1H NMR paling banyak dipakai karena inti proton paling peka terhadapmedan magnet dan paling melimpah di alam (Hendayana, dkk, 1994). Fenomena resonansi magnet inti terjadi bila inti yang meyearahkan terhadap medan magnet yang digunakan direduksi untuk menyerapkan tenaga dan orientsi spin mereka
berubah. Penyerapan tenaga adalah merupakan proses quantinized, dan tenaga yang diserap harus sama dengan perbedaan tenaga antara dua kedudukan yang terlibat. E yang diserap = (Ekedudukan -1/2 – Ekedudukan +1/2) = h.Ï… dalam praktek perbedaan tenaga ini adalah merupakan fungsi dari kekuatan medan magnet yang digunakan, H0. Makin besar medan magnet yang digunakan, makin besar perbedaan tenaga antara kedudukankedudukan spin yang ada, Δ E = f (H0). Besarnya pemisahan tingkatan tenaga juga tergantung pada inti yang terlibat. Tenaga diserap oleh proton karena pada kenyataan bahwa mereka mulai “precess” (berputar miring) dalam medan magnet yang digunakan. Inti yang berputar akan mempunyai kelakuan yang sama oleh pengaruh medan magnet yang digunakan. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu putarnya sendiri dengan frekuensi angular/sudut, ω. Frekuensi saat mana proton akan presesi adalah berbanding langsung dengan kekuatan medan magnet yang digunakan. Bila medan magnet yang digunakan lebih kuat, maka kecepatan presesi (frekuensi angular) lebih cepat. Untuk proton, jika medan magnet yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka frekuensi presesi akan sekitar 60 Mhz (masuk dalam frekuensi radio). Karena inti mempunyai muatan, maka maka presesi menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi yang sama. Jika gelombang frekuensi radio dari frekuensi yang sama ini digunakan terhadap proton yang berputar, maka tenaga dapat diserap. Bila frekuensi dari komponen medan listrik yang bergetar dari radiasi yang datang tepat sama dengan frekuensi dari medan listrik yang dihasilkan oleh inti yang berputar, dua medan magnet dapat bergabung, dan tenaga dapat dipindahkan dari radiasi yang datang ke inti, hingga menyebabkan muatan berputar. Keadaan ini disebut resonansi, dan dikatakan inti beresonansi dengan gelombang elektromagnetik yang datang. Kegunaan besar dari resonansi magnetik inti adalah karena tidak setiap
proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingi elektron dan menunjukan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton lainnya. Proton-proton dlindungi oleh elektron-elektron yang mengelilinginya. Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan yang mengenainya dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang digunakan. Akibat secara keseluruhan adalah inti/proton merasakan adanya pengurangan medan yang mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang lebih kecil, maka ia akan mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam molekul mempunyai lingkungan kimia yang sedikit berbeda dan mempunyai perlindungan elektron yang sedikitberbeda yang akan mengakibatkan dalam frekuensi resonansi yang sedikit berbeda. Sehingga sangat sukar untuk mengukur secara tepat frekuensi resonansi untuk setiap proton. Namun demikian ada suatu usaha dengan menggunakan senyawa standar frekuensi yang ditambahkan dalam larutan senyawa yang akan diukur, dan frekuensi resonansi setiap proton dalam cuplikan diukur relative terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton senyawa standar. Dengan kata lain, perbedaan frekuensi diukur secara langsung. Hingga bila senyawa lain diukur, maka resonansi dari protonnya dicatat dalam pengertian berapa jauh
(dalam Hz) mereka digeser dari proton-proton senyawa standar. Bilangan pergeseran (Hz) untuk proton akan tergantung pada kekuatan dari medan magnet yang digunakan. Tetapi hal ini akan membingungkan jika memakai spectrometer yang berbeda dalam kekuatan medan magnet yang digunakan. Oleh sebab itu digunakan parameter baru yang tidak tergantung pada kekuatan medan. Dalam hal ini harga/bilangan pergeseran diperoleh dengan cara membagi pergeseran untuk suatu proton yang sedang diamati (Hz) dengan frekuensi dari spektrometer (Hz), disebut pergeseran kimia (δ). Harga δ untuk semua proton akan selalu sama tak tergantung apakah pengukuran dilakukan pada frekuensi spektrometer yang digunakan. Berdasarkan persetujuan, kebanyakan kimiawan melaporkan pergesan kimia dalam satuan delta (δ), atau “parts per million” (ppm) terhadap frekuensi spektrometer yang dipakai. Spektrometer 1H NMR biasanya mencatat dari harga δ yang tinggi ke harga yang rendah (Sastrohamidjojo, 2001).
Contoh dengan struktur yang berbeda (NUGRAHANINGTYAS dkk. – Flavonoid pada Curcuma aeruginosa) :





 




Gambar yang di blok diatas dari Spektrum infra merah fraksi f2. Berdasarkan Gambar 3 tersebut dapat dilihat
adanya pitakuat pada 1714,6 cm-1 yang spesifik untuk gugus karbonil. Serapan tajam pada 1261,4
cm-1 dan 1217,0 muncul dari vibrasi gugus C-O yang terkonjugasi. Pita pada 1091,6 dan 1029,9 cm-
1 merupakan serapan dari gugus metoksi. Pita pada 3020,3 cm-1 berasal dari =C-H str dengan didukung
oleh pita-pita antara 1600 cm-1 dan 1500 cm-1 menunjukkan keberadaan inti aromatis. Pita kecil
lemah yaitu pada 1652,9 cm-1 berasal dari gugus vinyl. Pita-pita pada daerah dibawah 3000 cm-1 dan
diperkuat oleh pita-pita disekitar 1450 cm-1 menyatakan adanya alkyl yaitu metilen.
Berdasarkan analisis terhadap spektrum pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa f2
mengandung senyawa aromatis, gugus C=O, C-O, vinyl, -CH2- dan gugus metoksi.
Untuk penentuan struktur senyawa pada fraksi f2, maka dilakukan analisis dengan alat
kromatografi gas dilanjutkan dengan spectra massa. Analisis flavonoid dengan MS fraksi f2 ini
dilakukan terhadap 1 puncak utama dan didapat hasil seperti disajikan pada Gambar 4.

 




Spektra fraksi f2 menunjukkan adanya puncak dasar pada m/z = 158 dan puncak-puncak lain pda
m/z = 295, 186 dan 128. Puncak dengan limpahan kecil pada m/z = 295 berasal dari ion molekul yang
melepaskan metal (M+- 15). Ion molekulnya sendiri yaitu pada m/z = 310 tidak terlihat sebagai puncak,
karena ion molekulnya kurang stabil. Lepasnya radikal C7H7O2 diikuti oleh penatan
ulang 2H dan lepasnya H2 dari ion molekul ditunjukkan oleh limpahan pada m/z = 186 (M+-
125). Isoflavon ini mengalami pemecahan karakteristik menjadi 2 bagian yaitu pada m/z =
160 dan pada m/z = 150. Puncak-puncak ini tidak terlihat karena tidak stabil. Keberadaan m/z = 150
dapat dilihat dari adanya limpahan pada m/z = 149 yang berasal dari lepasnya 1H dari puncak
karakteristik (M+- 150).
Puncak dasar yaitu puncak dengan limpahan terbesar mempunyai m/z = 159 berasal dari
pecahan karakteristik untuk isoflavon dari ion molekulnya yang telah melepaskan H2. Puncak pada
m/z = 158 ini juga dapat terjadi dari puncak m/z = 186 yang melepaskan gugus karbon monoksida
(CO) yang diikuti oleh penataan ulang dari 1 H. Lepasnya gugus CH2O dari puncak dasar terlihat
pada limpahan yang cukup besar pada m/z = 128. Berdasarkan analisis tersebut, serta didukung oleh
analisis dengan uji warna, spektrofotometer UV-Vis, dan IR, maka dapat dibuat fragmentasi dari fraksi f2 seperti disajikan pada Gambar 5.



 






b. contoh yang ke dua:


 





Gambar diatas yang di blok Spektrum infra merah fraksi f4.
Spektrum infra merah f4, seperti ditunjukkan oleh Gambar 7 dapat diterangkan sebagai berikut:
Pita kuat tajam pada 1712,7 cm-1 adalah karakteristikuntuk gugus karbonil. Pita pada 3020,3
cm-1 dari =C-H str diperkuat oleh pita-pita pada 1558,4 cm-1 memberi petunjuk adanya gugus
aromatis, sedangkan serapan tajam pada 1652,9 cm-1 berasal dari gugus vinyl. Serapan berupa pita
pada 2927,7 cm-1 dan 2871,8 cm-1 diperkuat oleh pita pada 1458 cm-1 dan 1363,6 cm-1 yang berasal
dari gugus alkyl yaitu metal. Pita yang paling kuat yaitu pada 1215,1 cm-1 memberi keterangan yang
jelas tentang adanya gugus C-O. Dari seluruh keterangan yang diperoleh dalam
analisis spektrum infra merah f4 dapat disimpulkan bahwa senyawa mempunyai gugus aromatis, C=O, -
C-O dan paling sedikit satu gugus –CH3. Analisis struktur lebih lanjut dilakukan dengan
alat GC-MS, diperoleh kromatogram fraksi f4. Identifikasi struktur dilakukan terhadap 1 puncak
utama yang diperkirakan berasal dari flavonoid.

Strukturnya:


 



Sebelah kanan adalah struktur untuk f4 dan sebelah kiri adalah f2.



3.        Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan       reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid.
Jawab:
Alkaloid merupakan senyawa organic dengan paling sedikit mengandung satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Berdasarkan jurnal sains kimia (Vol 9, No.2, 2005: 82-84), untuk mengisolasi alkaloid dari ekstrak methanol suatu tumbuhan, pada tahap awal itu dibutuhkan kondisi asam. Hal ini dapat dijelaskan dalam jurnal sains kimia (Vol 9, No.2, 2005: 82-84), “Destruksi : Bagian daun tumbuhan jambu Keling (Eugenia cumini (L.) Druce) didestruksi basah dengan HCl dalam metanol sebesar 2M kemudian dinetralisasi dengan penambahan basa NH4OH dan terjadi padatan berupa endapan”. Dia diasamkan karena alkaloid itu dari larutan yang bersifat asam.  Sedangkan untuk alkaloid yang bersifat tidak tahan panas, tahapan awal untuk isolasi alkaloid dilakukan dengan menggunakan teknik pemekatan dengan membasakan larutannya terlebih dahulu. Selian itu dapat juga membasakan bahan tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan menambahkan natrium karbonat, basa yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi dengan pelarut organic seperti kloroform atau eter.
Pelarut yang digunakan berupa pelarut methanol dan Reagen yang digunakan berupa pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorf, dan pereaksi Wagner. Dasar dari penggunaan dari reagen itu adalah untuk menunjukkan adanya alkaloid. Adanya alkaloid pada suatu simplisia ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Meyer dan endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi Dragendorf (Darwis,2000). Sedangkan untuk pereaksi Wagner ditunjukkan dengan adanya endapan coklat muda sampai kuning (MARLIANA dkk. – Fitokimia buah Sechium edule).

Contoh, macam-macam alkaloid:
a.       Isolasi daun tumbuhan jambu keling (Eugenia Cumini (L.) Druce). Mengandung senyawa alkaloida dan diperoleh kristal berwarna kuning berbentuk jarum dan mempunyai titik Lebur 2930 – 2950 C. yang diduga strukturnya mirip golongan indol alkaloid. Isolasi senyawa dari daun Jambu keling (Eugenia cumini (L) Druce) dilakukan isolasi dengan menggunakanpelarut metanol . Ekstrakhasil maserasi diasankan dengan HCL (pH<2) ditambahkan NH4OH pekat diatur pH 9-13 , terbentuk endapan ,dikeringkan lalu diekstraksi dengan Khloroform ,dipisahkan diambil larutan,dipekatkanhingga diperoleh ekstrak kasar alkaloida , Lalu dianalisis secara khromatografi lapis tipis dan disolasi dengankhromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel 60 G Kemudian dielusi dengan metanol 100 %dandilanjutkan dengan campuran Metanol : Khloroform (`18 :2) – (v/v).
Kristal yang diperoleh berbentuk jarum Warna Kuning Kecoklatan dan direkristalisasi dengan metanol :Khloroform , titik lebur yang diperoleh 293 – 295 oC Dan kristal yang diperoleh berbentuk jarum warna kuning kecoklatan dan direkristalisasi dengan metanol laludengan khloroform . jumlah kristal yang diperoleh banyaknya 59 mgram dan di identifikasi kristal dilakukandengan menggunakan spektroskopi Inframerah dan Resonansi Magnit Inti Proton (1H –NMR).
b.       Alkaloid Xanthin
Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot – otot jantung.
Meskipun kopi terutama digunakan sebagai minuman, tetapi dapat juga digunakan sebagai stimulans dan diuretic. Juga kopi ini digunaskan untuk mengobati keracunan yang mempunyai tanda – tanda adanya deprosi pada susunan syaraf pusat.
Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga mengandung caffein seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).  
c.        Isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada
Cara ekstraksi
Ekstraksi
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan faktor seperti sifat bahan mentah obat  dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi.  Dapat digunakan alat soxhlet, yang merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan suatu zat dalam suatu padatan menggunakan suatu pelarut yang sesuai(12). Prinsip alat soxlet yaitu pemanasan, pendinginan uap, pembasahan simplisia dan pelarutan simplisia, dengan kata lain merupakan ekstraksi berkesinambungan menggunakan alat soxlet dengan pelarut sesuai yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. 
Cara isolasi
Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai.

Pemurnian
Dapat digunakan dengan metode kristalisasi langsung (rekristalisasi) yang merupakan prosedur paling sederhana. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-aseton, dan etanol-aseton(12).
Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada serta melakukan analisis kualitatif piperin dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Metode rekristalisasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan antara  pencemar dengan zat yang akan diambil.


4.       Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
Jawab:

                Biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur dari suatu senyawa bahan alam memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal ini dapat dikaji sebagai berikut: sesungguhnya biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada organisme hidup. Alas an biosintesis perlu dipelajari adalah :
1. Bisa mengubah senyawa awal menjadi senyawa baru yang lebih bermanfaat dengan pertolongan suspensi sel
2. Berdasarkan biosintesis, metabolit sekunder dapat diumpankan dengan prazat untuk menjadi produk yang lebih cepat dengan kultur suspensi sel
3. Mengubah senyawa tertentu menjadi senyawa lain untuk menggantikan reaksi dengan kultur suspensi sel.
Produk yang dihasilkan dari biosintesis ini dapat dihasilkan melalui  isolasi dari senyawa itu sendiri tentunya dengan menggunakan metode isolasi yang tepat. Dan isolasi itu dilakukan sesuai dengan sifat dari senyawa itu sendiri. untuk mengetahui hasil isolasi dari senyawa yang didapat dapat kita identifikasi strukturnya dengan menggunakan spektrofotometer UV, IR, MS atau bisa juga dengan NMR guna mengetahui jenis senyawa yang dihasil.

Contohnya:isolasi alkaloid dari teh

Kafein merupakan salah satu dari senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman sperti, the, kopi, dll. Untuk mendapatkan kafein dari daun the, metode yang dapat dilakukan adalah ekstraksi cair-cair. Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Urutan isolasi ini adalah maserasi, analisis KLT, analisis kromatografi kolo, rekristalisasi. Setelah hasil isolasi di dapatkan maka dilakukan analisis hasil isolasi yaitu: analisis KLT, pengukuran titik lebur, identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer IR, dan spektrofotometer resonansi magnetic inti proton untuk mengetahui strukturnya. Struktur alkaloid xanthin yang terdapat pada teh: