Dalam tumbuhan biasanya terdapat
senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa
terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah
ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan
itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul
isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan
2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa
golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2
(C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Dapat kita lihat contoh senyawa terpenoid pada alga merah, yang mana artikel berikut berasal dari penelitian orang lain.

Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial
senyawa
bioaktif yang bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti
sebagai
anti bakteri, anti tumor, anti kanker dan industri agrokimia (Putra, 2006).
Jenis-jenis
rumput laut dari ketiga golongan tersebut mempunyai potensi
ekonomis
penting, karena kandungan senyawa kimia yang merupakan hasil
metabolisme
primer (Jasuda.net, 2008). G.verrucosa termasuk alga merah
(Rhodophyta)
yang berpotensi mengandung senyawa metabolit primer. Riset-
riset
terutama diperlukan untuk mencari bahan baku industri, senyawa bioaktif,
pengembangan
produk-produk turunan berbasis alga, dan mempelajari misteri
dan
keunikan-keunikan alga dalam hubungannya sebagai bagian dari ekosistem.
Salah
satu pengembangan dari pemanfaatan jenis alga merah G.verrucosa
antara
lain adalah penggunaan ekstrak-nya sebagai agent antibakteri, yaitu suatu
zat yang
mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri karena
terdapat
kandungan senyawa bioaktif terpenoid. Penyakit udang yang
disebabkan
oleh bakteri Vibrio sp. masih menjadi fokus perhatian utama dalam
produksi
budidaya udang. Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum
merupakan
agen
penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan,
udang,
dan kerang-kerangan. Ekstrak G.verrucosa diduga bersifat antibakteri
dan dapat
mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen Vibrio alginoliticus dan
Vibrio
anguillarum.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk untuk mengekstrak bahan aktif
ekstrak
alga merah G.verrucosa sebagai agent antibakteri. Metode yang
digunakan
pada penelitian ini yaitu metode metode eksperimen yaitu yaitu
mengadakan
percobaan untuk melihat hasil. Hasil yang didapat akan
menegaskan
bagaimana hubungan kausal antara variabel - variabel yang
diselidiki
dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan
kontrol untuk perbandingan (Nazir ,1988). Penelitian ini
mengunakan
metode eksperimen, sedangkan rancangan yang diunakan adalah
Rancanan
Acak lenkap (RAL) dengan 6 perlakuan masing-masing diulang
konsentrasi
0%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% untuk bakteri Vibrio alginoliticus
dan
konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%.
Ekstraksi
bahan aktif dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol
menghasilkan ekstrak G.verrucosa yang diuji aktivitas antibakterinya
terhadap
bakteri Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum dengan metode
dilusi.
Hasil uji
dilusi menunjukkan ekstrak G.verrucosa bersifat bakteriostatik menghambat pertumbuhan V. alginoliticus pada konsentrasi 40% dan V.anguillarum pada
konsentrasi 30% (MIC V.alginoliticus 40%;MIC V.anguillarum 30%).
Ekstrak G.verrucosa bersifat bekterisidal membunuh bakteri
V.alginoliticus pada
konsentrasi 45% dan V.anguillarum pada konsentrasi 35%. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak G.verrucosa, maka
semakin sedikit jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya zat
antibakteri yang menghambat dan mematikan bakteri uji seiring
dengan meningkatnya konsentrasi dari setiap perlakuan. Jawetz dan Aldelbergs,
(1982) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi antibakteri yang
digunakan, maka kemampuan untuk membunuh bakteri semakin cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak G.verrucosa dapat dikategorikan sebagai agent antibakteri
dan bersifat antimikrobial. Kemampuan
ekstrak G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan kedua bakteri Vibrio adalah karena terdapatnya senyawa
terpenoid. Simanjuntak (1995) menyatakan bahwa analisa kimia alga merah
mengandung senyawa terpenoid, asetogenik maupun senyawa aromatik. Umumnya
senyawa yang ditemukan pada alga merah bersifat anti mikroba, anti inflamasi,
anti virus dan bersifat sitoksis. Terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri,
fungi, virus, dan protozoa.Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan
baik dan dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa
lipofilik (Indobic,2009). Mekanisme kerja antibakteri pada umumnya menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengiritasi dinding sel, menggumpalkan
protein bakteri sehingga terjadi hidrolisis dan difusi cairan sel yang
disebabkan karena perbedaan tekanan osmose.