Rabu, 31 Oktober 2012

ALGA MERAH G.verrucosa sebagai AGENT ANTIBAKTERI




Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Dapat kita lihat contoh senyawa terpenoid pada alga merah, yang mana artikel berikut berasal dari penelitian orang lain.



Laurencia.jpgGAMBAR ALGA MERAH

Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial
senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti
sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker dan industri agrokimia (Putra, 2006).
Jenis-jenis rumput laut dari ketiga golongan tersebut mempunyai potensi
ekonomis penting, karena kandungan senyawa kimia yang merupakan hasil
metabolisme primer (Jasuda.net, 2008). G.verrucosa termasuk alga merah
(Rhodophyta) yang berpotensi mengandung senyawa metabolit primer. Riset-
riset terutama diperlukan untuk mencari bahan baku industri, senyawa bioaktif,
pengembangan produk-produk turunan berbasis alga, dan mempelajari misteri
dan keunikan-keunikan alga dalam hubungannya sebagai bagian dari ekosistem.
Salah satu pengembangan dari pemanfaatan jenis alga merah G.verrucosa
antara lain adalah penggunaan ekstrak-nya sebagai agent antibakteri, yaitu suatu
zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri karena
terdapat kandungan senyawa bioaktif terpenoid. Penyakit udang yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. masih menjadi fokus perhatian utama dalam
produksi budidaya udang. Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum merupakan
agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan,
udang, dan kerang-kerangan. Ekstrak G.verrucosa diduga bersifat antibakteri
dan dapat mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen Vibrio alginoliticus dan
Vibrio anguillarum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengekstrak bahan aktif
ekstrak alga merah G.verrucosa sebagai agent antibakteri. Metode yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode metode eksperimen yaitu yaitu
mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil yang didapat akan
menegaskan bagaimana hubungan kausal antara variabel - variabel yang
diselidiki dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir ,1988). Penelitian ini
mengunakan metode eksperimen, sedangkan rancangan yang diunakan adalah
Rancanan Acak lenkap (RAL) dengan 6 perlakuan masing-masing diulang
konsentrasi 0%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% untuk bakteri Vibrio alginoliticus
dan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%.

Ekstraksi bahan aktif dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol menghasilkan ekstrak G.verrucosa yang diuji aktivitas antibakterinya
terhadap bakteri Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum dengan metode dilusi.
Hasil uji dilusi menunjukkan ekstrak G.verrucosa bersifat bakteriostatik menghambat pertumbuhan V. alginoliticus pada konsentrasi 40% dan V.anguillarum pada konsentrasi 30% (MIC V.alginoliticus 40%;MIC V.anguillarum 30%). Ekstrak G.verrucosa bersifat bekterisidal membunuh bakteri V.alginoliticus pada konsentrasi 45% dan V.anguillarum pada konsentrasi 35%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak G.verrucosa, maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya zat antibakteri yang menghambat dan mematikan bakteri uji seiring dengan meningkatnya konsentrasi dari setiap perlakuan. Jawetz dan Aldelbergs, (1982) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi antibakteri yang digunakan, maka kemampuan untuk membunuh bakteri semakin cepat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak G.verrucosa dapat dikategorikan sebagai agent antibakteri dan bersifat antimikrobial. Kemampuan ekstrak G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri Vibrio adalah karena terdapatnya senyawa terpenoid. Simanjuntak (1995) menyatakan bahwa analisa kimia alga merah mengandung senyawa terpenoid, asetogenik maupun senyawa aromatik. Umumnya senyawa yang ditemukan pada alga merah bersifat anti mikroba, anti inflamasi, anti virus dan bersifat sitoksis. Terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa.Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Indobic,2009). Mekanisme kerja antibakteri pada umumnya menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengiritasi dinding sel, menggumpalkan protein bakteri sehingga terjadi hidrolisis dan difusi cairan sel yang disebabkan karena perbedaan tekanan osmose.
 

2 komentar:

  1. dari artikel diatas, dikatakan bahwa Kemampuan ekstrak G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri Vibrio adalah karena terdapatnya senyawa terpenoid. nah, untuk mendapatkan ekstrak G.verrucosa itu menggunakan pelarut etanol. permasalahannya, bagaimana bila pelarutnya diganti dengan heksanol atau alkohol lain yang mengandung atom c lebih banyak dari atom c pada etanol? apakah masih dapat dikatakan bahwa ekstrak G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya apabila di ganti dengan pelarut heksanol tidak bisa di katakan sebagai agent antibakteri karena pada pelarut etanol menghasilakan ekstrak g.verrucosa yang dimana terdapat bakteri vibrio alginoliticus dan vibrio angularum dengan metode dilusi . dari hasil uji menunjukkan ekstrak g. verrucola bersifat bakteriostatik menghambat pertumbuhan kedua bakteri

      Hapus