Ujian semester
Kimia Bahan Alam
Dosen: Drs. Syamsurizal, M.Si
Waktu: 22-29 desember 2012
PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak
diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban
anda diposting di bolg masing-masing.
1. Jelaskan dalam jalur
biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat
menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
Jawab:
Secara umum biosintesanya
terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.
Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.
Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-,
sester-, dan poli- terpenoid.
3.
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A
melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang
dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan
rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat.
Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP
oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada
ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi
karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat.
Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP
dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan
farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil
pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila reaksi organik sebagaimana tercantum
dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh
organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi
organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar.
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa
jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
faktor-faktor
penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang
banyak yaitu: jenis metode isolasi yang digunakan harus sesuai dengan bahan
simplisia yang akan diisolasi.
2. Jelaskan dalam penentuan struktur
flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum
IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
Jawab:
Di
dalam penentuan struktur dari flafonoid suatu simplia digunakanlah spectrum IR
dan NMR.. Spektrum IR dengan ke khasan
signal tertentu menunjukkan dengan pangjang gelombang tertentu bahwa senyawa
itu memiliki gugus fungsi katakan
sajalah gugus fungsi tertentu itu adalah senyawa flavonoid golongan tertentu
pula, katakanlah demikian. Sedangkan spectrum NMRnya itu dengan signal tertentu
itu untuk mengetahui dengan panjang gelombang yang demikian atau tertentulah
katakan demikian itu memiliki struktur atau bisa dikatakan spectrum ini untuk
menunjukkan struktur senyawanya dari gugus fungsi senyawa yang ditunjukkan pada
IR. Sesungguhnya, dapat dikatakan bahaw Senyawa kimia yang telah murni
ditentukan struktur molekulnya dengancara spektrofotometri UV-Vis,
spektrofotometri Infra Merah, Spektrometri Massa, Spektrometri Resonansi Magnet
inti 1H dan 13 C.
Senyawa-senyawa
yang dapat dianalisa dengan spektrofotometer UV-VIS adalah senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus kromofor. Spektrofotometer UV-VIS digunakan untuk mengukur
transisi-transisi dintara tingkatan-tingkatan elektronik. Transisi tersebut
biasanya antara orbital ikatan (orbital pasangan bebas) dengan orbital non
ikatan (orbital anti ikatan). Keuntungan selektif dari spektrofotometer UV-VIS
adalah dapat menentukan gugus karakteristik dalam molekul-molekul yang sangat
komplek. Parameter yang diperoleh dari spektrofotometer UV-VIS adalah harga
panjang gelombang maksimum (λmak) dan absorban (A) dari senyawa yang dianalisa.
Spektrofotometer
inframerah berfungsi mengukur perubahan vibrasi ikatan antara atom-atom yang
ada dalam senyawa organik. Parameter yang ditentukan adalah bilangan gelombang
(cm-1) dari puncak-puncak yang muncul pada spektrum inframerah. Spektrosfotokopi
resonansi magnet inti didasarkan pada pengukuran absorbsi radiasi
elektromagnetik pada daerah frekuensi radio 4 – 600 MHz atau panjang gelombang
75 – 0,5 m, oleh partikel (inti atom) yang berputar di dalam medan magnet. NMR
bekerja secara spesifik sesuai dengan inti atom yang dipakai. 1H NMR paling
banyak dipakai karena inti proton paling peka terhadapmedan magnet dan paling
melimpah di alam (Hendayana, dkk, 1994). Fenomena resonansi magnet inti terjadi
bila inti yang meyearahkan terhadap medan magnet yang digunakan direduksi untuk
menyerapkan tenaga dan orientsi spin mereka
berubah.
Penyerapan tenaga adalah merupakan proses quantinized,
dan tenaga yang diserap harus sama dengan perbedaan tenaga antara dua kedudukan
yang terlibat. E yang diserap = (Ekedudukan -1/2 – Ekedudukan +1/2) = h.Ï… dalam
praktek perbedaan tenaga ini adalah merupakan fungsi dari kekuatan medan magnet
yang digunakan, H0. Makin besar medan magnet yang digunakan, makin besar
perbedaan tenaga antara kedudukankedudukan spin yang ada, Δ E = f (H0). Besarnya
pemisahan tingkatan tenaga juga tergantung pada inti yang terlibat. Tenaga
diserap oleh proton karena pada kenyataan bahwa mereka mulai “precess”
(berputar miring) dalam medan magnet yang digunakan. Inti yang berputar akan
mempunyai kelakuan yang sama oleh pengaruh medan magnet yang digunakan. Bila
medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu putarnya sendiri
dengan frekuensi angular/sudut,
ω. Frekuensi saat mana proton akan presesi adalah berbanding langsung dengan
kekuatan medan magnet yang digunakan. Bila medan magnet yang digunakan lebih
kuat, maka kecepatan presesi (frekuensi angular) lebih cepat. Untuk proton,
jika medan magnet yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka frekuensi presesi
akan sekitar 60 Mhz (masuk dalam frekuensi radio). Karena inti mempunyai
muatan, maka maka presesi menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi
yang sama. Jika gelombang frekuensi radio dari frekuensi yang sama ini
digunakan terhadap proton yang berputar, maka tenaga dapat diserap. Bila
frekuensi dari komponen medan listrik yang bergetar dari radiasi yang datang
tepat sama dengan frekuensi dari medan listrik yang dihasilkan oleh inti yang
berputar, dua medan magnet dapat bergabung, dan tenaga dapat dipindahkan dari
radiasi yang datang ke inti, hingga menyebabkan muatan berputar. Keadaan ini
disebut resonansi, dan dikatakan inti beresonansi dengan gelombang
elektromagnetik yang datang. Kegunaan besar dari resonansi magnetik inti adalah
karena tidak setiap
proton
dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingi elektron dan
menunjukan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan
proton lainnya. Proton-proton dlindungi oleh elektron-elektron yang
mengelilinginya. Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi
dari proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan.
Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan
yang mengenainya dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan
elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi
inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang
digunakan. Akibat secara keseluruhan adalah inti/proton merasakan adanya
pengurangan medan yang mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang
lebih kecil, maka ia akan mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah.
Setiap proton dalam molekul mempunyai lingkungan kimia yang sedikit berbeda dan
mempunyai perlindungan elektron yang sedikitberbeda yang akan mengakibatkan
dalam frekuensi resonansi yang sedikit berbeda. Sehingga sangat sukar untuk
mengukur secara tepat frekuensi resonansi untuk setiap proton. Namun demikian
ada suatu usaha dengan menggunakan senyawa standar frekuensi yang ditambahkan
dalam larutan senyawa yang akan diukur, dan frekuensi resonansi setiap proton
dalam cuplikan diukur relative terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton
senyawa standar. Dengan kata lain, perbedaan frekuensi diukur secara langsung.
Hingga bila senyawa lain diukur, maka resonansi dari protonnya dicatat dalam
pengertian berapa jauh
(dalam Hz)
mereka digeser dari proton-proton senyawa standar. Bilangan pergeseran (Hz)
untuk proton akan tergantung pada kekuatan dari medan magnet yang digunakan.
Tetapi hal ini akan membingungkan jika memakai spectrometer yang berbeda dalam
kekuatan medan magnet yang digunakan. Oleh sebab itu digunakan parameter baru
yang tidak tergantung pada kekuatan medan. Dalam hal ini harga/bilangan
pergeseran diperoleh dengan cara membagi pergeseran untuk suatu proton yang
sedang diamati (Hz) dengan frekuensi dari spektrometer (Hz), disebut pergeseran
kimia (δ). Harga δ untuk semua proton akan selalu sama tak tergantung apakah
pengukuran dilakukan pada frekuensi spektrometer yang digunakan. Berdasarkan
persetujuan, kebanyakan kimiawan melaporkan pergesan kimia dalam satuan delta
(δ), atau “parts per million” (ppm) terhadap frekuensi spektrometer yang
dipakai. Spektrometer 1H NMR biasanya mencatat dari harga δ yang tinggi ke
harga yang rendah (Sastrohamidjojo, 2001).
Contoh
dengan struktur yang berbeda (NUGRAHANINGTYAS dkk. – Flavonoid
pada Curcuma aeruginosa) :
Gambar yang di blok diatas dari Spektrum
infra merah fraksi f2. Berdasarkan Gambar 3 tersebut dapat dilihat
adanya pitakuat pada
1714,6 cm-1 yang spesifik untuk gugus karbonil. Serapan tajam pada 1261,4
cm-1 dan 1217,0
muncul dari vibrasi gugus C-O yang terkonjugasi. Pita pada 1091,6 dan 1029,9
cm-
1 merupakan serapan
dari gugus metoksi. Pita pada 3020,3 cm-1 berasal dari =C-H str dengan didukung
oleh pita-pita antara
1600 cm-1 dan 1500 cm-1 menunjukkan keberadaan inti aromatis. Pita kecil
lemah yaitu pada
1652,9 cm-1 berasal dari gugus vinyl. Pita-pita pada daerah dibawah 3000 cm-1
dan
diperkuat oleh
pita-pita disekitar 1450 cm-1 menyatakan adanya alkyl yaitu metilen.
Berdasarkan analisis
terhadap spektrum pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa f2
mengandung senyawa
aromatis, gugus C=O, C-O, vinyl, -CH2- dan gugus metoksi.
Untuk penentuan
struktur senyawa pada fraksi f2, maka dilakukan analisis dengan alat
kromatografi gas
dilanjutkan dengan spectra massa. Analisis flavonoid dengan MS fraksi f2 ini
dilakukan terhadap 1
puncak utama dan didapat hasil seperti disajikan pada Gambar 4.
Spektra fraksi f2
menunjukkan adanya puncak dasar pada m/z = 158 dan puncak-puncak lain pda
m/z = 295, 186 dan
128. Puncak dengan limpahan kecil pada m/z = 295 berasal dari ion molekul yang
melepaskan metal (M+-
15). Ion molekulnya sendiri yaitu pada m/z = 310 tidak terlihat sebagai puncak,
karena ion molekulnya
kurang stabil. Lepasnya radikal C7H7O2 diikuti oleh penatan
ulang 2H dan lepasnya
H2 dari ion molekul ditunjukkan oleh limpahan pada m/z = 186 (M+-
125). Isoflavon ini
mengalami pemecahan karakteristik menjadi 2 bagian yaitu pada m/z =
160 dan pada m/z =
150. Puncak-puncak ini tidak terlihat karena tidak stabil. Keberadaan m/z = 150
dapat dilihat dari
adanya limpahan pada m/z = 149 yang berasal dari lepasnya 1H dari puncak
karakteristik (M+- 150).
Puncak dasar yaitu
puncak dengan limpahan terbesar mempunyai m/z = 159 berasal dari
pecahan karakteristik
untuk isoflavon dari ion molekulnya yang telah melepaskan H2. Puncak pada
m/z = 158 ini juga
dapat terjadi dari puncak m/z = 186 yang melepaskan gugus karbon monoksida
(CO) yang diikuti
oleh penataan ulang dari 1 H. Lepasnya gugus CH2O dari puncak dasar terlihat
pada limpahan yang
cukup besar pada m/z = 128. Berdasarkan analisis tersebut, serta didukung oleh
analisis dengan uji
warna, spektrofotometer UV-Vis, dan IR, maka dapat dibuat fragmentasi dari
fraksi f2 seperti disajikan pada Gambar 5.
b.
contoh yang ke dua:
Gambar
diatas yang di blok Spektrum infra merah fraksi f4.
Spektrum infra merah
f4, seperti ditunjukkan oleh Gambar 7 dapat diterangkan sebagai berikut:
Pita kuat tajam pada
1712,7 cm-1 adalah karakteristikuntuk gugus karbonil. Pita pada 3020,3
cm-1 dari =C-H str
diperkuat oleh pita-pita pada 1558,4 cm-1 memberi petunjuk adanya gugus
aromatis, sedangkan
serapan tajam pada 1652,9 cm-1 berasal dari gugus vinyl. Serapan berupa pita
pada 2927,7 cm-1 dan
2871,8 cm-1 diperkuat oleh pita pada 1458 cm-1 dan 1363,6 cm-1 yang berasal
dari gugus alkyl
yaitu metal. Pita yang paling kuat yaitu pada 1215,1 cm-1 memberi keterangan
yang
jelas tentang adanya
gugus C-O. Dari seluruh keterangan yang diperoleh dalam
analisis spektrum
infra merah f4 dapat disimpulkan bahwa senyawa mempunyai gugus aromatis, C=O, -
C-O dan paling
sedikit satu gugus –CH3. Analisis struktur lebih lanjut dilakukan dengan
alat GC-MS, diperoleh
kromatogram fraksi f4. Identifikasi struktur dilakukan terhadap 1 puncak
utama yang diperkirakan berasal dari flavonoid.
Strukturnya:
Sebelah
kanan adalah struktur untuk f4 dan sebelah kiri adalah f2.
3. Dalam isolasi alkaloid, pada
tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan
reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga
macam alkaloid.
Jawab:
Alkaloid merupakan senyawa organic
dengan paling sedikit mengandung satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian
besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Berdasarkan
jurnal sains kimia (Vol 9, No.2, 2005: 82-84), untuk
mengisolasi alkaloid dari ekstrak methanol suatu tumbuhan, pada tahap awal itu
dibutuhkan kondisi asam. Hal ini dapat dijelaskan dalam jurnal
sains kimia (Vol 9, No.2, 2005: 82-84), “Destruksi : Bagian daun
tumbuhan jambu Keling (Eugenia cumini (L.) Druce) didestruksi basah
dengan HCl dalam metanol sebesar 2M kemudian dinetralisasi dengan penambahan
basa NH4OH dan terjadi padatan berupa endapan”. Dia diasamkan karena alkaloid
itu dari larutan yang bersifat asam.
Sedangkan untuk alkaloid yang bersifat tidak tahan panas, tahapan awal
untuk isolasi alkaloid dilakukan dengan menggunakan teknik pemekatan dengan
membasakan larutannya terlebih dahulu. Selian itu dapat juga membasakan bahan
tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan menambahkan natrium karbonat, basa
yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi dengan pelarut organic seperti
kloroform atau eter.
Pelarut
yang digunakan berupa pelarut methanol dan Reagen yang digunakan berupa
pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorf, dan pereaksi Wagner. Dasar dari penggunaan
dari reagen itu adalah untuk menunjukkan adanya alkaloid. Adanya alkaloid pada
suatu simplisia ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi
Meyer dan endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi Dragendorf
(Darwis,2000). Sedangkan untuk pereaksi Wagner ditunjukkan dengan adanya
endapan coklat muda sampai kuning (MARLIANA dkk. – Fitokimia buah
Sechium edule).
Contoh,
macam-macam alkaloid:
a. Isolasi daun tumbuhan jambu
keling (Eugenia Cumini (L.) Druce). Mengandung senyawa alkaloida dan
diperoleh kristal berwarna kuning berbentuk jarum dan mempunyai titik Lebur
2930 – 2950 C. yang diduga strukturnya mirip golongan indol alkaloid. Isolasi
senyawa dari daun Jambu keling (Eugenia cumini (L) Druce) dilakukan
isolasi dengan menggunakanpelarut metanol . Ekstrakhasil maserasi diasankan
dengan HCL (pH<2) ditambahkan NH4OH pekat diatur pH 9-13 , terbentuk endapan
,dikeringkan lalu diekstraksi dengan Khloroform ,dipisahkan diambil
larutan,dipekatkanhingga diperoleh ekstrak kasar alkaloida , Lalu dianalisis
secara khromatografi lapis tipis dan disolasi dengankhromatografi kolom
menggunakan fasa diam silika gel 60 G Kemudian dielusi dengan metanol 100
%dandilanjutkan dengan campuran Metanol : Khloroform (`18 :2) – (v/v).
Kristal yang
diperoleh berbentuk jarum Warna Kuning Kecoklatan dan direkristalisasi dengan
metanol :Khloroform , titik lebur yang diperoleh 293 – 295 oC Dan kristal yang
diperoleh berbentuk jarum warna kuning kecoklatan dan direkristalisasi dengan
metanol laludengan khloroform . jumlah kristal yang diperoleh banyaknya 59
mgram dan di identifikasi kristal dilakukandengan menggunakan spektroskopi
Inframerah dan Resonansi Magnit Inti Proton (1H –NMR).
b. Alkaloid
Xanthin
Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe
arabica, C. Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi
pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan
syaraf pusat, ginjal, otot – otot jantung.
Meskipun kopi terutama digunakan
sebagai minuman, tetapi dapat juga digunakan sebagai stimulans dan diuretic.
Juga kopi ini digunaskan untuk mengobati keracunan yang mempunyai tanda – tanda
adanya deprosi pada susunan syaraf pusat.
Selain tumbuan
kopi ada tumbuhan lain yang juga mengandung caffein seperti camellia
sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).
c.
Isolasi
dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada
Cara ekstraksi
Ekstraksi
Metode
ekstraksi dipilih berdasarkan faktor seperti sifat bahan mentah obat dan
daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan
mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih
metode ekstraksi. Dapat digunakan alat
soxhlet, yang merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan suatu zat dalam
suatu padatan menggunakan suatu pelarut yang sesuai(12). Prinsip
alat soxlet yaitu pemanasan, pendinginan uap, pembasahan simplisia dan
pelarutan simplisia, dengan kata lain merupakan ekstraksi berkesinambungan menggunakan
alat soxlet dengan pelarut sesuai yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Cara isolasi
Karakter
dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil ke dalam
larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan
komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan
ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh
dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai.
Pemurnian
Dapat digunakan dengan metode
kristalisasi langsung (rekristalisasi) yang merupakan prosedur paling
sederhana. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk kristalisasi
alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter,
metanol-aseton, dan etanol-aseton(12).
Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi
dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada serta melakukan
analisis kualitatif piperin dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan
suatu teknik pemisahan atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang
sesuai. Metode rekristalisasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan
antara pencemar dengan zat yang akan diambil.
4. Jelaskan keterkaitan diantara
biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan
contohnya.
Jawab:
Biosintesis, metode isolasi dan
penentuan struktur dari suatu senyawa bahan alam memiliki keterkaitan satu sama
lain. Hal ini dapat dikaji sebagai berikut: sesungguhnya biosintesis merupakan
proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang
sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada
organisme hidup. Alas an biosintesis perlu dipelajari adalah :
1. Bisa mengubah senyawa awal menjadi senyawa baru yang lebih bermanfaat dengan pertolongan suspensi sel
2. Berdasarkan biosintesis, metabolit sekunder dapat diumpankan dengan prazat untuk menjadi produk yang lebih cepat dengan kultur suspensi sel
3. Mengubah senyawa tertentu menjadi senyawa lain untuk menggantikan reaksi dengan kultur suspensi sel.
1. Bisa mengubah senyawa awal menjadi senyawa baru yang lebih bermanfaat dengan pertolongan suspensi sel
2. Berdasarkan biosintesis, metabolit sekunder dapat diumpankan dengan prazat untuk menjadi produk yang lebih cepat dengan kultur suspensi sel
3. Mengubah senyawa tertentu menjadi senyawa lain untuk menggantikan reaksi dengan kultur suspensi sel.
Produk
yang dihasilkan dari biosintesis ini dapat dihasilkan melalui isolasi dari senyawa itu sendiri tentunya
dengan menggunakan metode isolasi yang tepat. Dan isolasi itu dilakukan sesuai
dengan sifat dari senyawa itu sendiri. untuk mengetahui hasil isolasi dari
senyawa yang didapat dapat kita identifikasi strukturnya dengan menggunakan spektrofotometer
UV, IR, MS atau bisa juga dengan NMR guna mengetahui jenis senyawa yang
dihasil.
Contohnya:isolasi alkaloid dari teh
Kafein
merupakan salah satu dari senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman sperti,
the, kopi, dll. Untuk mendapatkan kafein dari daun the, metode yang dapat
dilakukan adalah ekstraksi cair-cair. Ekstraksi adalah metode pemisahan yang
melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa
lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Urutan isolasi ini adalah maserasi,
analisis KLT, analisis kromatografi kolo, rekristalisasi. Setelah hasil isolasi
di dapatkan maka dilakukan analisis hasil isolasi yaitu: analisis KLT,
pengukuran titik lebur, identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer IR,
dan spektrofotometer resonansi magnetic inti proton untuk mengetahui
strukturnya. Struktur alkaloid xanthin yang terdapat pada teh:
YouTube - Vimeo - Videoodl.cc
BalasHapusThe creators of YouTube channel YouTube.com are famous for their unique videos and their quality videos. YouTube.com is a leader in the industry with more youtube to mp3 320kbps